Menulis Diary
Haiii,, haiiii,, Kokom
Masih seputar diary, kok aku agak sedikit ada yang mengganjal di hati ini, melihat ekspresi seseorang yang meremehkan tulisan diary.
Sekali lagi ya
Lantas kenapa dengan menulis diary??????
Menurutku, mau menulis di diary, di batu bahkan lontar sekalipun. Itu sudah luar biasa karena menulis pun butuh waktu, imajinasi, tenaga, pemikiran dan keinginan yang luar biasa.
Bisa menulis bukan berarti harus punya buku juga kan ??? Begitupun kalo bisa masak gak semua harus jadi chef juga kan ????. Iya iya tau, semua orang menginginkan puncak karirnya seperti penulis dengan bukunya, suka masak mungkin ingin menjadi chef. Tapi semuanya itu butuh proses dan rasa menerima keadaan tetap usahakan dan mimpikan, terlepas itu terwujud atau tidak setidaknya kita sudah berusaha menjadi dan berbuat yang terbaik.
Banyak penulis hebat yang menjadi terkenal dengan menulis diary, diantaranya :
Charles Darwin
Naturalis Charles Darwin mencatat semua hal yang ia alami dan ia ingat dalam sebuah buku harian, bahkan ia terus memperbaharui buku itu sampai beberapa bulan sebelum kematiannya pada tahun 1881.
Anne Frank.
'The Diary of Anne Frank', catatan harian seorang gadis muda Yahudi tentang kekejaman di kamp konsentrasi Nazi.
Di tanah air ada jua buku harian terkenal, judulnya ‘Catatan Harian Seorang Demonstran’ yang ditulis Soe Hok Gie.
Aku sendiri menulis buku harian sejak 2 SD, sesuatu hal yang membuat aku bahagia ya menulis diary, bukankah passion itu hadir ketika kita melakukan sesuatu hal yang menyenangkan ? Dan menulis adalah hal yang menyenangkan dan membuatku berdaya. Buku harian bisa menjadi pendengar setia pemiliknya tanpa banyak kritik dan komentar.
Terlepas tulisannya jelek, gak jelas, rumit, yang pasti teruslah menulis selama itu tidak merugikan orang lain. Jangan gentar dengan orang yang meremehkan, memandang sebelah mata bahkan menghina tulisan kita.
Kalo kritiknya membangun kita terima, tapi kalo udah nyinyir terima juga dan olah nyinyiran itu agar bisa lewat tanpa harus masuk kedalam relung relung jiwa kita, bisa???? Yang pasti kita harus menerima sisi negatif dan positif secara seimbang, kerena kalo menolak hal negatif itu hanya akan menjadi racun yang perlahan-lahan masuk ke relung-relung jiwa kita.
Teruslah menulis, sampai nafas terakhir. Karena dengan menulis kita bisa memanjangkan ingatan dan berkarya lah dengan tulisan yang baik dan berfaedah. Sebenernya sih itu motivasi lebih tepatnya buat diri sendiri 😁.
See you..
0 comments