Page 366 of 366

By Cici aute - December 31, 2020

Halloooooo….. dearr

Ini adalah part 3 dari cerita duka ku.

Jadi hari senin, itu bisa dibilang hari yang sibuk, karena akan mulai pengajian jadi semuanya mempersiapkan yang terbaik untuk tamu yang akan tahlil bapakku.

Dan akupun yaaa aku tak sempat untuk memegang HP karena riweh, sesekali pegang hp hanya untuk memesan kendaraan online dan menerima telp saja, tak sempatlah aku menulis status atau eksis dengan mengabarkan semua melalui sosmed. Ah rasanya semua ini sudah sesak, jadi aku berpikir untuk memberitahu teman kerja besok saja, yaitu selasa, ketika hati dan semuanya sudah siap.

Esoknya harinya selasa pagi jam 07.17 WIB

Aku memberitahu kepala sekolah, dia adalah orang pertama yang aku beritahu disekolah. Sengaja aku memberitahu ia, karena untuk menghrmatinya dan mungkin jika ia tahu lebih dulu, penyampaiannya pun akan satu pintu dan tidak ada simpang siur lainnya. Aku memberitahu sekalian dengan ijin bahwa aku tidak akan masuk. Ia menjawab dan mengucapkan belasungkawa dan membolehkan aku untuk izin.

Setelah siang harinya ada hal yang mungkin miss komunikasiong, jadi temenku menelepon salah satu manajemen kemudian temen aku itu tanya kepada manajemen “apakah manajemen itu sudah tau kabar duka tentang aku, kemudian manajemen menjawab belum, kemudian setelah konfirmasi ke kepsek, kepsek hanya menjawab kalo aku hanya meminta izin untuk tidak masuk saja. Dari situlah muncul miss komunikasiong atau apalah sehingga seperti berprasangka aneh, bahwa aku sengaja untuk tidak memberitahu siapapun.

Rabu
Teman - teman kerjaku datang dan dibagi 3 sesi ya dirr, yang pertama itu mewakili sekolah banget, yang kedua teman yang kalem, dan yang ketiga adalah teman SD satu frekuensiku yang sungguh menghibur kelaraan hatiku dan keluargaku.

Kamis
Aku masuk sekolah karena 2 hari rasanya cukup untuk menenangkan hati ini, karena tidak baik juga tenggelam dalam kesedihan. Kamis adalah hari terakhir bekerja karena akan libur tahun baru. Agendanya rapat evaluasi. Setelah rapat evalusi aku dipanggil manajemen, ujang dan engkom.

Awalnya engkom menunjukan rasa bela sungkawa dan menguatkan, di tengah pembicaraan ujang memotong dengan langsung berbicara “ bapaknya bukan covid kan?”, sungguh dari situ aku malah ingin menangis, dan mereka sepertinya masih salah paham dengan alasan dengan aku tidak memberitahu berita duka secara langsung. Sehingga dengan mudahnya mulut si ujang bilang seperti itu. Kemudian engkom bertanya keadaan mamah aku, kemudian dia bertanya bagaimana kedepannya kerja apa bapak sebelumnya dan aku menjawab Alhamdulillah mama baik dan insyaAllah ikhlas, juga mama akan melakukan aktivitas seperti biasa di warung. 

Eh si ujang langsung dong bilang “ mamanya gak nyuruh berhenti kerja?”, dan pertanyaan apalagi ini???????. Apakah itu adalah sebuah pertanyaan bijak ditengah aku yang masih berduka ginih, maksudnya apa coba?? dirr. Kalaulah mereka khawatir dengan mamah aku yang sekarang menjadi sendirian dan perekonomian menjadi menurun InsyaAllah Allah yang sudah mengatur semua termasuk rezeki. Malah mamah sangat antusias sekali memotivasi untuk bekerja.

Hari itu aku merasa hancur untuk kesekian kalinya oleh orang - orang dipekerjaan, yang dimana sangat menjunjung adab dan akhlaq tapi itu tidak berbanding lurus dengan apa yang selalu mereka bicarakan. Pulang kerumah aku nangis lagi, orang dirumah mengira aku nangis karena bapak, padahal aku menangis karena perlakuan manajemen disekolah yang merangkul lalu menusuk.

Semoga itu adalah penutup di akhir tahun ini, setelah itu aku lebih kuat dan tak ada lagi kesedihan. Sudahlah habis semuanya di tahun ini. Dari harapan yang dipaksa mati, patah hati yang benar - benar menyakitkan, kecewa yang datang terus menerus, kehilangan yang sangat lara. Untukku, untuk kita semua, terimakasih sudah bertahan sejauh ini💜💜💜.

 

  • Share:

You Might Also Like

0 comments