Skizofrenia
merupakan gangguan otak yang banyak terjadi. Setiap penderita memiliki gejala
unik, tetapi umumnya memiliki gangguan berpikir, halusinasi dan berkurangnya
kemampuan merasakan emosi secara normal.
Diperkirakan
satu dari 100 penduduk dunia menderita skizofrenia. Menurut situs British
Columbia Shizofrenia Society, penyakit ini biasanya muncul pada mereka yang
berusia muda 16 sampai 25 tahun. Namun pada perempuan umumnya lebih lambat,
antara umur 20 sampai 30 tahun.
Di
Indonesia penderita skizofrenia juga cukup besar. Data menunjukan gangguan jiwa
ini diderita 6 dampai 19 orang per 1000 penduduk.
Meski
penyebab pasti sampai saat ini belum diketahui, hasil penelitian menunjukan
adanya ketidakseimbangan sistem neurotransmitter dalam otak. Penderita
menunjukan gejala, seperti gaduh gelisah, selalu bergerak, mudah curiga
(paranoid), dan kehilangan emosi.
Namun,
tidak perlu khawatir, karena skizofrenia sebenarnya bisa disembuhkan atau
paling tidak dikontrol gejalanya. Mereka yang sudah sembuh pun bisa kembali
produktif, bahkan banyak yang lebih tekun dan lebih disiplin dibandiung mereka
yang normal.
Selain
mendapat terapi obat, penderita skizofrenia biasanya juga diajak unutk kembali
bersosialisasi, melakukan aktivasi sehari – hari, maupun belajar berhitung,
menulis, dan membaca. Namun. Yang paling penting sebenarnya adalah bagaimana
peran keluarga dan masyarakat pascarehabilitasi. Justru dukungan merekalah yang
bisa membantu mengurangi kekambuhan.
Sumber
: Kompas, 28 januari 2002