Halloooo
……
Welcome back to blog my,,,,,,
Dirr….. hari - hari ini sepertinya mau tidak mau, suka tidak suka, aku dan keluarga sedang diajak ganti arah. Belajar bahkan memeluk sisi yang selama ini kita musuhi.
20
Desember 2020
Adalah hari yang akan aku ingat sepanjang hidup ini. Hari dimana separuh keberkahan doa doa yang dilantunkannya sudah tak akan lagi dipanjatkan. Minggu 20 Desember 2020 tepatnya pukul 15.00 WIB. Bapak meninggalkan kami semua, meninggalkan mamah, kaka dan aku serta semua saudara dan teman untuk selama - selamanya. Beliau wafat setelah berjuang dengan penyakit diabetes.
Senin, 7 Desember 2020 pukul 02.00 WIB. Bapak tiba - tiba terbangun dan tidak bisa menggerakan tubuhnya sebelah kanan, bicarapun tidak bisa. Kami semua panik dan mencoba menunggu pagi dan hujan reda untuk membawanya kerumah sakit. Aku, mamah dan kaka berusaha sebisa mungkin menenangkan beliau, karena ia tetap seperti setengah sadar dan belum menerima kalau sebagian anggota tubuhnya sebelah kanan mulai melemah, kami semua menduga itu adalah gejala stroke.
Panik, sedih, bingung semua rasa itu hadir kepada kami semua. Tapi kakakku berusaha menenangkan itu semua dan bersabar menunggu pagi dan hujan reda, maklumlah rumahku di dalam gang dan akses menuju jalan dan untuk menurunkan bapak dari lantai 2 butuh banyak orang. Saat aku memegang tangannya, bapak menangis dan dengan isyaratnya memaksa menyuruh aku tidur lagi karena itu masih pukul 03.00 WIB. Sedih sejuta kali lipat kemudian aku menuruti dan meninggalkan kamar bapak menuju kamarku dan yaaa tidak bisa tertidur tentunya.
Setelah pagi, kemudian kami meminta tolong para tetangga untuk menurunkan bapak kebawah dan segera membawa kerumah sakit. Sesampainya disana bapak ditangani secara intensif dan bapak pun sedikit tenang dan sadar secara penuh, anggota badan sebelah kanan kembali pulih dan bisa digerakkan kembali seperti biasa. Diagnosa dokter, bapak mengalami Hipoglikemia. Kadar gula darah bapak sangat kurang yaitu 35 mg/dl.
Hipoglikemia adalah kondisi ketika kadar glukosa (gula darah) berada di bawah normal. Umumnya, seseorang dianggap mengalami hipoglikemia saat kadar gula darahnya kurang dari 60 mg/dl. Hipoglikemia adalah salah satu komplikasi akut pada pengidap diabetes dan umumnya berkaitan dengan penggunaan obat dari golongan sulfonilurea (glibenclamide, gliklazida, glimepiride, glipizide, dan tolbutamide) atau insulin.
Setelah mendapatkan perawatan intensif di IGD, kemudian bapak dipindahkan keruang rawat inap, dan itu artinya bapak akan dirawat beberapa hari kedepan. Mamah, kaka dan aku serta saudara silih berganti dan giliran menjaga dan untuk menginap pihak rumah sakit tidak mengizinkan, mengingat covid 19. jadi hanya boleh mnunggu satu orang dan itu adalah mamahku. Aku hanya menemani siang sampe sore hari pulang pergi kerumah sakit.
8 hari kemudian, bapak diperbolehkan untuk pulang tapi melihat kondisi bapak tidak ada perkembangan yang sangat berarti. Tiga hari dirumah sakit bapak masih menunjukan kekuatannya dengan sangat bisa berjalan kekamar mandi dan sholat, hari ke 4 sampai 8 bapak hanya bisa barbaring dan tertidur seperti orang yang ngantuk. Bangun hanya untuk solat dan makan saja dan dimulai sebelum kejadian dini hari itu, bapak memang sudah tidak mau makan, di rumah sakitpun bapak hanya makan paling banyak 3 sendok. Maka dari itu infusan ditangannya sampai 2 dan mungkin pengaruh obat juga sehingga tertidur sangat pulas sepanjang hari.
Setelah pulang kerumah kondisi bapak semakain menurun, keluarga berdatangan silih berganti untuk menjenguk dan mendoakan. Jum’at 18 Desember 2020 bapak mulai gelisah sepanjang hari dan sepanjang malam, sudah setengah sadar kami sekeluarga dan saudara mulai bingung, panik dan sedih. Bukan tidak berniat membawa kerumah sakit, tapi melihat kondisi bapak sangat tidak memungkinkan.
Sabtu, 19 Desember 2020
Bapak mulai tenang hanya saja tidak bergerak dan nafasnya mulai ngorok, kami semua melantunkan dzikir, doa dan mengaji sambil bergantian menunggu bapak. Bapak terakhir makan pagi jam 10.00 WIB, setelah itu tak ada lagi makanan yang bisa masuk kedalam mulut bapak kecuali tetesan air, yang diberikan secara perlahan, karena selalu saja menolak dan akhirnya muntah. Kesadarannya pun sudah mulai menurun.
Bapak mulai tenang hanya saja dia tidak bergerak dan mulai ngorok untuk nafasnya, kami semua tak henti hentinya melantunkan dzikir, doa dan mengaji sambil bergantian menunggu bapak. Bapak terakhir makan jam 10 pagi, setelah itu tak ada lagi makanan yang bisa masuk kedalam perut bapak, tetasan air pun diberikan secara perlahan karena selalu saja menolak dan muntah akhirnya. Kesadarannya pun perlahan sudah mulai menuruMinggu, 20 Desember 2020
Setalah semalaman bergantian menunggui bapak, pagi - pagi sekali aku turun dari kamar dan membisikkan maaf serta dzikir tanpa henti ditelinga kanannya dan kakaku di telinga kirinya, juga ibuku disampingnya. Kami dan saudara silih bergantian sambil tak henti berdoa, mengaji dan berdzikir disamping beliau. Satu moment yang sangat membuat aku ingin menangis sekencang kencangnya ketika ada seorang kyai yang mendoakan bapakku dan seketika nafas bapak terpacu sangat cepat seakan mendengar, kemudian pak Kyai itu mengucapkan kalimat Tahmid ditelinga bapak, itu membuat aku sedih sekali. Setelah itu pak Kyai menyuruh kami semua membaca surat Ar’rodu dan memotivasi kami untuk selalu bersabar. Setelah solat dzuhur aku kemudian tidak beranjak dari samping bapakku sambil melantukan kalimat Tauhid silih berganti dengan kaka dan saudaraku. Tiba-tiba saja nafas bapak perlahan pelan, kemudian aku memberi isyarat kepada kaka yang berada dibelakangku, kemudian kaka ku maju dan saudara - saudaraku maju ke arah bapakku untuk membimbingnya melantukan kalimat tauhid, dan bapak menghebuskan nafas terakhirnya kurang lebih pukul 15.00 WIB.
Pecahlah tangisanku dan semuanya itu, bapak telah wafat dan meninggalkan kami semua untuk selama - selamanya. Bapak dimakamkan di daerah asal mamaku karena disana ada makam keluarga jadi berdekatan, semua terjadi begitu cepat ambulan, bendera kuning warga, semuanya sangat cepat bergerak cepat dan hari itu cuaca menjadi cerah yang biasanya sore hari selalu hujan hari itu seakan Allah mengizinkan semuanya begitu mudah. Tenda, pemakaman, pemandian dan semuanya sudah disiapkan saudara - saudaraku yang sangat care dan Allah mudahkan semuanya. Alhamdulillah.
Aku tak sempat ikut ke pemakaman, karena semua orang khawatir aku tidak kuat, dan sadar diri juga takutnya malah merepotkan aku jadi pingsan atau apalah itu.
Ketika aku menangis dibawah ranjang, dibelakang bibiku yang lagi solat, sebelum bapak dibawa ke pemakaman, kakakku mengusap - usap kepalaku dan bilang “udah jangan nangis” 😥😭. it’s the best momment mengharukan antara kakak dan adik of the year dirrrrrrr.
Seperti apa yang dikatakan mas
Adjie santosoputro “sekeras apapun kita menyangkal, sejauh apapun lari
kita tuk menghindar, tetap saja terbentur kenyataan : Ketiadaan adalah bagian
dari keberadaan. Kematiaan adalah bagian dari kehidupan”.
Memeluk rasa sedih dan berkata “
ada yang datang dan pergi, ada yang muncul dan menghilang, semua silih berganti,
terima saja seapa adanya”.
Alfatihah untuk Bapak,
insyaAllah husnul khotimah dan ditempatkan di tempat yang terbaik 🤲,
Aamiin Yaa Robbal Alamin😇.